Mengenal Interface: Apa Itu Interface, Fungsi, dan Jenis-Jenisnya?

Pernahkah bertanya-tanya bagaimana Anda dapat berinteraksi dengan komputer, smartphone, atau website? Jawabannya adalah interface. Apa itu interface? Interface merupakan titik temu antara pengguna dan suatu sistem, yang memungkinkan komunikasi dan kontrol. Ibarat jendela, interface membuka akses bagi pengguna untuk melihat dan mengoperasikan apa yang ada di baliknya.

Untuk Anda yang ingin mengena interface lebih lanjut, berikut artikel ini akan membahas dunia interface, memahami apa itu interface, apa fungsinya, dan apa jenis-jenisnya. Pada artikel ini juga akan membahas desain interface yang baik dan bagaimana hal itu dapat meningkatkan user experience. Mari mengenal lebih jauh tentang interface!

apa itu interface dan jenisnya

Apa Itu Interface?

Sebenarnya, apa itu interface? Interface adalah titik interaksi antara pengguna dan suatu sistem atau perangkat. Dalam dunia digital, interface merupakan elemen penting yang menentukan kemudahan penggunaan dan kepuasan pengguna. Lebih sederhananya, interface adalah cara Anda berinteraksi dengan suatu perangkat.

Baca juga: Apa Itu Interface dan Seberapa Penting Fungsinya pada Website?

Apa Fungsi Utama Interface?

Berdasarkan penjelasan apa itu interface, terdapat beberapa fungsi utamanya, yakni sebagai berikut.

1. Menjembatani Komunikasi antara Pengguna dan Sistem

Bayangkan sebuah percakapan antara dua orang yang tidak bisa berbahasa satu sama lain. Interface hadir sebagai penerjemah yang andal. Di satu sisi, pengguna memiliki kebutuhan, keinginan, dan tindakan yang ingin mereka lakukan. Di sisi lain, sistem (baik itu perangkat lunak, perangkat keras, atau kombinasi keduanya) bekerja berdasarkan kode, algoritma, dan instruksi yang kompleks. Interface bertindak sebagai lapisan perantara yang menerjemahkan input pengguna (misalnya, klik tombol, ketikan teks, gerakan sentuh) ke dalam perintah yang dapat dipahami oleh sistem. Sebaliknya, interface juga mengambil output dari sistem (misalnya, data yang diproses, pesan kesalahan, hasil perhitungan) dan menyajikannya kembali kepada pengguna dalam format yang mudah dicerna. Tanpa interface yang baik, pengguna akan kesulitan, bahkan mustahil, untuk berinteraksi dan memanfaatkan fungsionalitas sistem.

2. Menyediakan Cara Bagi Pengguna untuk Mengontrol dan Mengoperasikan Sistem

Lebih dari sekadar jembatan komunikasi, interface juga memberikan “kendali” kepada pengguna atas sistem. Ini adalah “kemudi” yang memungkinkan pengguna untuk “mengarahkan” sistem sesuai dengan tujuan mereka. Elemen-elemen interface seperti tombol, menu, ikon, slider, dan kolom input adalah alat yang memungkinkan pengguna untuk memberikan perintah spesifik. Desain interface yang intuitif memastikan bahwa alat-alat kontrol ini mudah ditemukan, dipahami fungsinya, dan digunakan secara efektif. Dengan interface yang baik, pengguna merasa memiliki kontrol penuh atas apa yang terjadi dalam sistem, meningkatkan rasa percaya diri dan efisiensi dalam penggunaan.

3. Menampilkan Informasi yang Dibutuhkan Pengguna dalam Format yang Mudah Dipahami

Informasi yang dihasilkan oleh sistem seringkali berupa data mentah yang kompleks dan sulit diinterpretasikan oleh pengguna awam. Interface berperan penting dalam mengubah data ini menjadi informasi yang bermakna dan mudah dipahami. Ini melibatkan visualisasi data melalui grafik, diagram, atau representasi visual lainnya, penggunaan bahasa yang jelas dan ringkas, serta organisasi informasi yang logis. Interface yang efektif mempertimbangkan kebutuhan informasi pengguna dan menyajikannya dalam konteks yang relevan. Dengan demikian, pengguna dapat dengan cepat memahami status sistem, hasil dari tindakan mereka, dan informasi penting lainnya yang mereka butuhkan untuk membuat keputusan atau melanjutkan tugas.

4. Membuat Interaksi antara Pengguna dan Sistem menjadi Lebih Efisien dan Menyenangkan

Pada akhirnya, tujuan dari interface yang baik adalah untuk menciptakan pengalaman pengguna yang positif. Efisiensi tercapai ketika pengguna dapat menyelesaikan tugas mereka dengan cepat, akurat, dan dengan sedikit usaha. Desain interface yang intuitif, alur kerja yang logis, dan respons sistem yang cepat berkontribusi pada efisiensi. Aspek “menyenangkan” mungkin terdengar subjektif, tetapi melibatkan faktor-faktor seperti estetika visual yang menarik, umpan balik ( feedback) yang memuaskan, dan rasa kontrol yang baik. Interface yang dirancang dengan baik mempertimbangkan prinsip-prinsip usability dan user experience (UX) untuk memastikan bahwa interaksi dengan sistem tidak hanya produktif tetapi juga memuaskan bagi pengguna.

Apa Jenis-Jenis Interface?

Ada beberapa jenis interface secara umum, yakni sebagai berikut ini.

1. Command Line Interface (CLI)

Bayangkan Anda sedang berbicara langsung kepada komputer menggunakan bahasa khusus yang terdiri dari perintah-perintah teks. Itulah inti dari Command Line Interface (CLI). Di sini, Anda mengetikkan instruksi baris demi baris untuk memerintah sistem operasi atau aplikasi melakukan tugas tertentu.

Contoh: Terminal di macOS dan Linux, Command Prompt atau PowerShell di Windows.

Kelebihan:

  1. Kontrol yang Presisi: CLI memberikan kontrol yang sangat mendalam terhadap sistem. Pengguna berpengalaman dapat menjalankan perintah kompleks dan mengotomatisasi tugas dengan skrip.
  2. Efisiensi: Untuk tugas-tugas tertentu, terutama bagi yang sudah familiar dengan perintahnya, CLI bisa jauh lebih cepat daripada mencari-cari menu atau ikon.
  3. Akses ke Fitur Lanjutan: Beberapa fitur atau konfigurasi tingkat lanjut mungkin hanya tersedia melalui CLI.
  4. Konsumsi Sumber Daya Rendah: CLI umumnya membutuhkan sumber daya sistem yang lebih sedikit dibandingkan GUI karena tidak perlu memuat elemen-elemen visual yang berat.
  5. Cocok untuk Tugas Otomatisasi: CLI sangat ideal untuk membuat skrip (batch file atau shell script) yang dapat menjalankan serangkaian perintah secara otomatis.

Kekurangan:

  • Kurva Pembelajaran yang Curam: Mempelajari berbagai perintah dan sintaks bisa menjadi tantangan bagi pengguna awam.
  • Kurang Intuitif: Tanpa adanya elemen visual, pengguna harus mengingat perintah yang tepat, yang bisa menjadi sulit.
  • Tidak Cocok untuk Semua Aplikasi: Beberapa jenis aplikasi, terutama yang berorientasi visual seperti pengedit foto atau video, kurang efektif dioperasikan melalui CLI.

2. Graphical User Interface (GUI)

Jika CLI adalah berbicara langsung dengan bahasa komputer, maka Graphical User Interface (GUI) adalah seperti berinteraksi dengan dunia visual yang penuh dengan objek yang bisa Anda sentuh dan manipulasi. Di sini, Anda menggunakan mouse, touchscreen, atau perangkat input lainnya untuk berinteraksi dengan elemen-elemen grafis seperti ikon, tombol, menu, jendela, dan lain-lain.

Contoh: Sistem operasi Windows, macOS, Linux (dengan desktop environment seperti GNOME atau KDE), aplikasi web, aplikasi mobile.

Kelebihan:

  • Mudah Dipelajari dan Digunakan: GUI dirancang agar intuitif. Pengguna dapat dengan mudah memahami fungsi suatu aplikasi atau sistem hanya dengan melihat ikon atau label.
  • Visual dan Menarik: Elemen-elemen visual membuat interaksi menjadi lebih menarik dan mudah dipahami.
  • Mendukung Berbagai Jenis Aplikasi: GUI sangat cocok untuk berbagai jenis aplikasi, dari pengolah kata hingga game dan perangkat lunak desain grafis.
  • Multitasking yang Mudah: GUI memungkinkan pengguna untuk dengan mudah beralih antar aplikasi dan melihat beberapa aplikasi sekaligus dalam jendela yang berbeda.

Kekurangan:

  • Kurang Presisi untuk Tugas Tertentu: Beberapa tugas yang membutuhkan kontrol sangat halus mungkin lebih sulit dilakukan dengan mouse dibandingkan dengan mengetik perintah yang spesifik.
  • Konsumsi Sumber Daya Lebih Tinggi: GUI umumnya membutuhkan lebih banyak sumber daya sistem (CPU, memori, grafis) untuk menampilkan elemen-elemen visual.
  • Potensi Keterbatasan Kustomisasi: Tingkat kustomisasi pada GUI seringkali dibatasi oleh desain antarmuka yang telah ditentukan.
  • Mungkin Kurang Efisien untuk Pengguna Berpengalaman: Pengguna yang sudah mahir mungkin merasa lebih lambat melakukan tugas melalui serangkaian klik dan navigasi menu dibandingkan dengan mengetik perintah langsung.

3. Voice User Interface (VUI)

Bayangkan Anda dapat memerintah perangkat Anda hanya dengan berbicara. Itulah esensi dari Voice User Interface (VUI). VUI memungkinkan pengguna untuk berinteraksi dengan sistem menggunakan perintah suara. Sistem akan mengenali ucapan Anda dan menerjemahkannya menjadi tindakan.

Contoh: Asisten virtual seperti Siri, Google Assistant, Amazon Alexa, perintah suara pada smartphone, sistem navigasi mobil dengan perintah suara.

Kelebihan:

  • Hands-free dan Eyes-free Operation: Sangat berguna dalam situasi di mana tangan atau mata pengguna sedang заняты, seperti saat mengemudi, memasak, atau melakukan aktivitas fisik lainnya.
  • Aksesibilitas: Membantu pengguna dengan keterbatasan fisik yang mungkin kesulitan menggunakan keyboard atau mouse.
  • Interaksi yang Lebih Alami: Berbicara adalah cara komunikasi yang alami bagi manusia.
  • Potensi Kecepatan: Untuk perintah-perintah sederhana, berbicara bisa lebih cepat daripada mengetik atau mencari menu.

Kekurangan:

  • Akurasi Pengenalan Suara: Akurasi pengenalan suara dapat dipengaruhi oleh kebisingan lingkungan, aksen, dan kejelasan ucapan.
  • Privasi: Penggunaan VUI dapat menimbulkan masalah privasi karena percakapan dapat direkam dan dianalisis.
  • Kurang Cocok untuk Tugas Kompleks: Perintah suara mungkin kurang efektif untuk tugas-tugas yang melibatkan banyak langkah atau pilihan yang rumit.
  • Keterbatasan Bahasa: Sistem VUI biasanya dilatih untuk mengenali bahasa tertentu.

4. Natural User Interface (NUI)

Natural User Interface (NUI) adalah evolusi dari GUI yang bertujuan untuk menciptakan interaksi yang terasa lebih alami dan intuitif, seringkali menghilangkan perantara perangkat input tradisional seperti mouse dan keyboard. NUI memanfaatkan gerakan tubuh, sentuhan, tatapan mata, dan bahkan pikiran untuk berinteraksi dengan sistem.

Contoh: Teknologi motion sensing seperti pada Microsoft Kinect, touchscreen pada smartphone dan tablet (meskipun sering dianggap sebagai transisi antara GUI dan NUI), brain-computer interface (BCI) yang masih dalam tahap penelitian dan pengembangan.

Kelebihan:

  • Interaksi yang Sangat Intuitif: Interaksi terasa lebih alami karena meniru cara manusia berinteraksi di dunia nyata.
  • Potensi Keterlibatan yang Lebih Tinggi: Interaksi yang lebih imersif dapat meningkatkan keterlibatan pengguna.
  • Aksesibilitas yang Lebih Baik: NUI dapat membuka peluang interaksi bagi pengguna dengan berbagai keterbatasan fisik.
  • Masa Depan Interaksi: NUI dianggap sebagai arah masa depan interaksi manusia dengan komputer.

Kekurangan:

  • Masih dalam Tahap Pengembangan: Teknologi NUI masih relatif baru dan terus berkembang. Implementasi yang matang dan luas belum sepenuhnya tercapai.
  • Tantangan Teknis: Mengembangkan sistem yang dapat secara akurat dan andal memahami gerakan tubuh, tatapan mata, atau pikiran adalah tantangan teknis yang besar.
  • Kurva Pembelajaran untuk Interaksi Baru: Meskipun tujuannya alami, pengguna mungkin tetap membutuhkan waktu untuk beradaptasi dengan cara interaksi yang baru.
  • Potensi Masalah Privasi dan Keamanan: Penggunaan data biometrik seperti gerakan tubuh atau tatapan mata dapat menimbulkan masalah privasi dan keamanan.

Baca juga: 10 Prinsip Menciptakan Interface Web yang User Friendly

Apa Saja Contoh Interface?

Berikut adalah beberapa contoh interface yang mungkin saja Anda temukan dalam kehidupan sehari-hari ketika menggunakan device.

  • Layar sentuh pada smartphone
  • Tombol dan menu pada website
  • Perintah suara pada asisten virtual
  • Gerakan tangan pada game interaktif

Bagaimana Desain Interface yang Baik?

Desain interface yang baik sangat penting untuk menciptakan user experience yang positif dan meningkatkan kepuasan pengguna. Berikut adalah beberapa poin penting yang perlu diperhatikan dalam merancang interface yang baik.

1. Mudah Digunakan dan Intuitif

Lebih dari sekadar tata letak yang terstruktur, intuitif berarti desain mampu berbicara sendiri kepada pengguna. Beberapa aspek penting yang perlu diperdalam:

  • Mengurangi Beban Kognitif: Desain yang baik meminimalkan jumlah informasi yang perlu diproses pengguna pada satu waktu. Ini dapat dicapai dengan memecah tugas kompleks menjadi langkah-langkah yang lebih kecil, menyediakan default yang masuk akal, dan menghindari informasi yang tidak relevan.
  • Arsitektur Informasi yang Jelas: Bagaimana konten dan fungsi diorganisir adalah kunci. Pengguna harus dapat dengan cepat memahami di mana mereka berada dan bagaimana menuju ke tempat yang mereka inginkan. Gunakan hierarki visual yang jelas dan pengelompokan informasi yang logis. Analogi dengan dunia nyata (skeuomorphism, jika relevan dan tidak berlebihan) dapat membantu pengguna membuat koneksi intuitif.
  • Navigasi yang Sederhana dan Konsisten: Menu, tombol, dan tautan harus mudah dikenali dan diprediksi perilakunya. Hindari navigasi yang berlapis-lapis atau tersembunyi. Pertimbangkan information scent – petunjuk visual dan tekstual yang membantu pengguna memprediksi apa yang akan mereka temukan jika mereka mengikuti sebuah tautan atau berinteraksi dengan elemen tertentu.
  • Bahasa yang Jelas dan Singkat: Gunakan terminologi yang familiar bagi target pengguna. Hindari jargon teknis atau bahasa yang ambigu. Instruksi dan label harus ringkas dan langsung ke intinya. Pertimbangkan penggunaan microcopy – teks kecil yang membantu dan memberikan konteks kepada pengguna.

2. Efisien dan Membantu Pengguna Menyelesaikan Tugas dengan Cepat

Efisiensi bukan hanya tentang seberapa cepat interface merespons, tetapi juga tentang seberapa sedikit usaha yang dibutuhkan pengguna untuk mencapai tujuannya. Beberapa aspek yang perlu dieksplorasi:

  • Manajemen Kesalahan yang Baik: Bantu pengguna pulih dari kesalahan dengan memberikan pesan yang jelas, informatif, dan menawarkan solusi atau langkah perbaikan. Hindari pesan error yang ambigu atau menyalahkan pengguna.
  • Alur Kerja yang Optimal: Pahami bagaimana pengguna sebenarnya berinteraksi dengan sistem Anda. Identifikasi pain points dan rancang alur kerja yang mulus dan efisien. Pertimbangkan penggunaan shortcuts atau opsi untuk personalisasi alur kerja bagi pengguna yang lebih mahir.
  • Akses Mudah ke Fitur Penting: Fitur yang paling sering digunakan harus mudah ditemukan dan diakses. Pertimbangkan penempatan strategis berdasarkan analisis penggunaan.
  • Feedback yang Cepat dan Relevan: Respon instan terhadap tindakan pengguna sangat penting untuk membangun kepercayaan dan mencegah frustrasi. Feedback harus informatif dan menunjukkan status sistem.
  • Antisipasi Kebutuhan Pengguna: Desain yang baik terkadang dapat memprediksi apa yang mungkin dibutuhkan pengguna selanjutnya dan menyediakannya dengan mudah. Contohnya, menyarankan opsi pencarian berdasarkan riwayat atau memberikan pilihan tindakan cepat setelah sebuah operasi selesai.

3. Menarik dan Menyenangkan Secara Visual

Aspek visual bukan hanya tentang membuat interface terlihat cantik, tetapi juga tentang meningkatkan kegunaan dan menciptakan pengalaman yang positif. Beberapa poin penting:

  • Aksesibilitas Visual: Pertimbangkan pengguna dengan keterbatasan penglihatan. Pastikan kontras warna yang memadai dan sediakan alternatif teks untuk gambar.
  • Hierarki Visual yang Kuat: Gunakan elemen desain seperti ukuran, warna, kontras, dan spasi untuk memandu mata pengguna dan menunjukkan informasi mana yang paling penting.
  • Konsistensi Visual: Terapkan gaya visual yang konsisten di seluruh interface, termasuk warna, tipografi, ikonografi, dan gaya ilustrasi atau gambar. Ini membangun identitas visual yang kuat dan membantu pengguna merasa familiar. Design system adalah alat yang berguna untuk memastikan konsistensi.
  • Keterbacaan yang Optimal: Pilih tipografi yang mudah dibaca dalam berbagai ukuran dan konteks. Perhatikan kontras antara teks dan latar belakang. Pastikan tata letak tidak terlalu padat dan memberikan ruang yang cukup antar elemen.
  • Penggunaan Elemen Visual yang Bermakna: Setiap elemen visual harus memiliki tujuan. Hindari dekorasi yang berlebihan yang dapat mengalihkan perhatian dari konten utama. Animasi dan transisi dapat meningkatkan pemahaman dan memberikan feedback visual, tetapi harus digunakan dengan bijak dan tidak mengganggu.

4. Konsisten di Seluruh Sistem

Konsistensi menciptakan rasa familiaritas dan membantu pengguna belajar dan mengingat cara berinteraksi dengan interface. Ini mencakup:

  • Konsistensi Fungsional: Fungsi yang serupa harus bekerja dengan cara yang serupa di seluruh sistem. Misalnya, tombol “Simpan” harus selalu melakukan tindakan yang sama.
  • Konsistensi Internal: Elemen desain, pola interaksi, dan bahasa yang sama digunakan di seluruh bagian aplikasi atau situs web.
  • Konsistensi Eksternal: Mengikuti konvensi desain yang umum digunakan pada platform atau dalam industri yang relevan. Ini membantu pengguna yang sudah familiar dengan pola tersebut merasa lebih nyaman.

5. Memberikan Feedback yang Jelas kepada Pengguna

Feedback yang efektif membantu pengguna memahami apa yang terjadi setelah mereka melakukan suatu tindakan. Ini membangun kepercayaan dan memungkinkan mereka untuk belajar dan beradaptasi. Jenis-jenis feedback meliputi:

  • Mencegah Kesalahan: Desain yang baik juga berusaha untuk mencegah kesalahan terjadi sejak awal, misalnya dengan memberikan batasan input yang jelas atau menggunakan validasi real-time.
  • Feedback Visual: Perubahan pada tampilan interface sebagai respons terhadap tindakan pengguna (misalnya, perubahan warna tombol saat ditekan, animasi loading).
  • Feedback Tektual: Pesan singkat yang menginformasikan pengguna tentang hasil tindakan mereka (misalnya, “Data berhasil disimpan,” “Kata sandi salah”).
  • Feedback Auditori: Suara yang mengindikasikan keberhasilan, kegagalan, atau status sistem (gunakan dengan hati-hati agar tidak mengganggu).
  • Feedback Haptik: Getaran sebagai respons terhadap tindakan (lebih relevan untuk perangkat seluler).

Baca juga: Teknik Desain User Interface untuk Memaksimalkan User Experience

Itulah pengenalan secara mendalam mengenai interface, dari penjelasan apa itu interface, apa fungsi utamanya, apa jenisnya, apa contoh di kehidupan sehari-hari, sampai bagaimana desain interface yang baik. Interface merupakan elemen penting dalam berbagai sistem dan perangkat. Memahami jenis-jenis dan fungsinya dapat membantu Anda dalam memilih dan menggunakan interface yang tepat untuk kebutuhan. Untuk menemukan berbagai insight, tips, dan informasi terbaru seputar interface, Anda bisa mengecek kumpulan Insight Onero.

Jika Anda ingin menghadirkan desain interface yang profesional, intuitif, dan mampu meningkatkan pengalaman pengguna, gunakan layanan UI/UX Design dari Onero Solutions. Tim ahli Onero siap membantu Anda menciptakan tampilan interface digital yang fungsional dan menarik, mulai dari riset pengguna, pembuatan wireframe, hingga desain final yang responsif dan user-friendly. Layanan ini cocok untuk website, aplikasi mobile, hingga sistem internal perusahaan.

Tertarik bekerja sama? Hubungi Onero Solutions sekarang juga dengan mengisi form di bawah ini atau langsung melalui WhatsApp untuk konsultasi lebih lanjut.

Don't forget to share this post!